Selasa, 27 Maret 2018

LAPORAN MINGGUAN FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN ACARA VI: Pengaruh Ethrel Etefon Terhadap Tingkat Kematangan dan Umur Simpan Beberapa Buah Terseleksi


LAPORAN MINGGUAN
FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN
ACARA VI: Pengaruh Ethrel Etefon Terhadap Tingkat Kematangan dan Umur Simpan Beberapa Buah Terseleksi


Oleh:
Nama                    : IRADAT
NIM             : CIM014086
Kelompok   : 7





FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2017

HALAMAN PENGESAHAN
 

            Laporan ini disusun dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum selanjutnya.





Mataram, 18 Mei  2017


Mengetahui,
             Co.Ass,                                                                                    Praktikan,

(Bq.Anissa KK)                                                                              (I r a d a t)
      NIM: C1M013027                                                                     NIM: C1M014086


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Sayuran dan buahan hasil pertanian pada umumnya setelah dipanen jika dibiarkan begitu saja akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi parasit atau mikrobiologis. Perubahan-perubahan tersebut ada yang mengntungkan, tetapi kalau tidak dikendalikan akan sangat merugikan.
Sayuran dan buahan pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi, tetapi rendah dalam kandungan protein dan lemak. Komposisi setiap sayuran dan buah berbeda, tergantung pada varietas, cara panen, pemeliharaan tanaman, keadaan iklim, tingkat kematangan, kondisi selama pematangan dan kondisi ruang pematangan.
Dalam budidaya pertanian, hal-hal sedikit apapun yang menyangkut produktivitas harus selalu diperhatikan, Khususnya pada komoditi buah-buahan yang berhubungan dengan penanganan pasca panen. Pada buah-buahan, untuk melakukan suatu metode pasca panen yang baik harus diawali dengan proses pemanenan yang terarah. Mutu yang baik, diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat. Buah-buahan yang diambil pada waktu yang belum saatnya akan menumbulkan mutu dan pematangan yang salah, begitu pula jika pemungutan buah-buahan yang tertunda dapat mengakibatkan pembusukan.
Seiring dengan perubahan tingkat ketuaan dan kematangan, pada umumnya buah-buahan mengalami serangkaian perubahan komposisi kimia maupun fisiknya. Rangkaian perubahan tersebut mempunyai implikasi yang luas terhadap metabolismedalam jaringan tanaman tersebut. Diantaranya yaitu perubahan kandungan asam-asam organik, gula dan karbohidrat lainnya. Perubahan tingakat keasaman dalam jaringan juga akan mempengaruhi aktifitas beberapa enzim diantaranya adalah enzim-enzim pektinase yang mampu mengkatalis degradasi protopektinyang tidak larut menjadi substansi pectin yang larut. Perubahan komposisi substansi pektin ini akan mempengaruhi kekerasan buah-buahan.
            Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap.
Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi, Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor dan importir buah. Buah dikemas dalam bentuk belum masak saat diangkut pedagang buah. Setelah sampai untuk diperdagangkan, buah tersebut diberikan etilen (diperam) sehingga cepat masak. Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada buah muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian, warna buah menjadi jingga atau merah.
B.        Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui dapat tidaknya pematangan buah yang dipacu dengan gas pematangan buah
2.      Membandingkan kecepatan pematangan buah secara alami dengan secara dipacu hormon pematang buah
3.      Membandingkan beberapa karakter kualitas buah yang dimatangkan secara alami dan secara dipacu
4.      Membandingkan umur simpan buah yang matang alami dan yang dipacu hormon pematang buah


BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.       Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 Mei 2017 pukul 08:00-09:30 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
B.           Alat dan bahan praktikum
Alat-alat yang digunakan antara lain: bak besar, namapan besar, lap kering, pisau, plastik container 250 1, hand sprayer, dan kertas label. Bahan-bahan yang digunakan praktikum antara lain: buah pisang dan ethrel etefone
C.           Prosedur kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dipilih buah dengan dengan ukuran yang seragam
3.      Tiap komoditas dipilah menjadi dua bagian. Satu bagian untuk dimatangkan secara alami (kontrol), dan satu bagian lagi untuk dimatangkan dengan dipacu menggunakan ethrel etefone
4.      Dilihat penyakit /kerusakan visual pada buah yang sudah dipilih
5.      Diukur tingkat kematangan, tekstur, berat, serta kadar gula dari masing-masing buah yang sudah dipilih
6.      Buah yang akan dimatangkan dengan dipacu ethrel etefone diletakkan secara bergantian pada nampan, untuk kemudian disemprotkan ethrel etefone dengan dosis 1 ml/l
7.      Selanjutnya setiap komoditas akan dimasukkan kedalam plastik container dan diberi kertas label (nama kelompok, matang alami/control atau dipacu ethrel etefone, dan tanggal)
8.      Buah disimpan selama 5 hari dan dilakukan pengamtan pada hari ke-3 dan ke-5.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Pengaruh Aplikasi Ethrel Etefone Pada Buah Pisang
Jenis Perlakuan
Data Awal
Hari ke-3
Hari ke-5
Kerusakan Visual
Perlakuan dengan Ethrel
Tekstur : 2,0
Tekstur: 1.5
Tekstur: 1.2
Antraknosa
Kadar gula : 15
Kadar gula : 16
Kadar gula: 17
Kontol tanpa Ethrel
Berat : 24,6 gr
Tekstur : 2.5
Kadar gula : 14
Berat : 110.9 gr
Tekstur : 2
Kadar gula : 23
Berat: 110.1 gr
Tekstur : 1.5
Kadar gula: 26
B.        Pembahasan
Salah satu cara penguningan dan pemasakan buah adalah dengan menggunakan Ethrel. Ethrel sendiri sebenarnya adalah nama dagang dari zat penghasil etilen. Bahan aktifnya adalah 2-chloro ethyl phosponic acid. Sebuah zat yang sangat asam, dengan pH 2,0. Ethrel diperdagangkan dalam tiga formula, yaitu Ethrel 40 PGR (dengan bahan aktif 480 g/l), Ethrel 10LS (dengan bahan aktif 10 %) dan Ethrel 2,5LS (dengan bahan aktif 2,5 %). Tapi hanya Ethrel 40PGR saja yang berperan sebagai perangsang pemasakan buah, sedang jenis ethrel lainnya berguna untuk merangsang keluarnya lateks pada tanaman karet. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas Ethrel 40PGR. Zat pengatur tumbuh ini berupa cairan. Di toko-toko saprotan kita akan menjumpainya dalam kemasan botol plastik ukuran 1.000 cc dan 50 cc.
Menurut informasi yang diperoleh dari perusahaan pemilik produk tersebut, Ethrel 40PGR dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman dengan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan yang diinginkan dari hasil perlakuan zat pengatur tumbuh tersebut.
Pisang (Musa paradisiaca L.) banyak dikonsumsi masyarakat setelah diolah. Pisang memiliki kandungan gizi cukup tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Pisang setelah dipanen akan disimpan hingga matang dan siap dikonsumsi atau dijual. Pemberian kalsium karbida (CaC2) atau larutan etefon dapat digunakan untuk mematangkan buah tua-mentah. Pengusahaan secara besar-besaran menggunakan gas etilen atau ethrel untuk mempercepat proses pematangan. Pemberian ethrel setelah panen dapat memungkinkan terjadinya perubahan kandungan gizi, khususnya kandungan vitamin C. Menurut penelitian yamg telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ethrel dan lama penyimpanan pisang (Musa paradisiaca L.) oleh
 Berdasarkan data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh ethrel terhadap pemasakan buah pisang sangat berpengaruh dibandingkan dengan tanpa ethrel. Hal tersebut ditinjau dari berat, tekstur dan kadar gula buah pisang. Durasi waktu yang optimal untuk pemasakan buah pisang berada diantara 4-6 hari. Dengan disimpan di suhu yang ruangan yang optimal.






























LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN ACARA III. IDENTIFIKASI PENYAKIT PASCAPANEN DAN PENYEBAB PENYAKIT PASCAPANEN BUAH, SAYUR, DAN PALAWIJA


LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
ACARA III. IDENTIFIKASI PENYAKIT PASCAPANEN DAN PENYEBAB PENYAKIT PASCAPANEN BUAH, SAYUR, DAN PALAWIJA




Oleh:
            NAMA                        : IRADAT
            NIM                            : C1M014086
            KELOMPOK             : 3
            GELOMBANG          :1



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM

2017
HALAMAN PENGESAHAN
          Laporan ini disusun dan disakan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum selanjutnya.



Mataram, 12 April 2017






Mengetahi,
Asisten  Praktikum,




MOH SAMSUL AZIS
(C1M013124)
Praktikan,




IRADAT
(C1M014086)




BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir, masalah kehilangan pangan yang diseababkan oleh penurunan produk pascapanen menjadi pusat perhatian banyak negara di dunia. Kehilangan pascapanen mencapai 10-30% dari produksi total tanaman. Bahkan pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak, kehilangn pascapanen dapat lebih besar dari 50% terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan kasar, kehilangan pascapanen setiap tahunnya kemungkinan mencapai setengah dari pasokan pangan dan serat dunia. Sementara itu, populasi penduduk dunia terus bertambah. Hal ini membutuhkan 50% lebih bahan pangan yang terutama dipasok oleh produk pascapanen.
Kehilangan produk pascapanen baik secara kualitatif maupun kuantitatif, disebabkan oleh agensia hayati, yaitu jamur dan bakteri pathogen. Infeksi dari pathogen pascapanen kemungkinan besar dapat dimulai sejak produk masih berada di lahan sebelum dipanen atau selama periode pascapanen. Bahkan dari persentase infeksi yansg secara relative kecil dapat menyebabkan kerugian besar. Ada banyak factor yang dapat menyebabkan kehilangan pascapanen dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Penangan pascapanen yang baik dapat mengurangi kerugian tersebut. Selain itu, pengetahuan tentang sifat pathogen dan pengaruh kondisi lingkungan, terutama pada ruang penyimpanan, sangat diperlukan untuk menentukan tindakan pencegahan ataupun pengendalian yang tepat.
B.       Tujuan Praktikum
1.    Mengidentifikasi penyakit pascapanen pada beberapa buah, sayur, dan palawija
2.    Mengidentifikasi penyebab penyakit pada beberapa buah, sayur dan palawija
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM
A.      Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11 April 2017, pada pukul 13:00-15:00 Wita diPasar Buah Cakra Negara, dan Pasar Sayur Kekalek, Mataram.
B.       Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikun ini seperti: alat tulis dan camera. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan seperti: komoditi buah (papaya, pisang, apel, buah naga, dan jeruk), komoditi sayur (wortel, sawi/bayam, cabai, kentang, tomat), dan komoditi palawija (kedelai, jagung, singkong, dan ubi jalar).
C.      Pelaksanaan Praktikum
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Diamati secara fisual dengan mata telanjang
2. Difoto dan diberi keterangan dari gejala penyakit yang nampak
3. Diidentifikiasi jenis penyakit yang menyerang berdasarkan pengamtan fisual






BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Praktikum
Tabel 1. Pengamatan Identifikasi Penyakit Pascapanen dan Penyebab Penyakit Pascapanen Buah
Foto
Nama Komersil
Nama Latin
Penyakit Pascapanen
Penyebab Penyakit
Pencegahan Penyakit
Description: 20170411_131902.jpg
Pepaya
Carica papaya
Nama Penyakit: Antraknose

Ciri Kenampakan Visual: noda dipermukaan berwarna coklat kemerahan dengan diameter 0,2-0,5 cm
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletroticum gloesporioides, yang menyebabkan 2 gejala yaitu antaknose dan bercak coklat
Cara pencegahan penyakit antraknose ini bisa dengan mencelupkan buah setelah dipanen dalam air yang mengaandung benomyln dan thiabendazol
Description: 20170411_131812.jpg
Pisang
Musa paradisiaca
Nama Penyakit: Busuk buah

Ciri-ciri kenampakan visual: antraknose menyerang permukaan buah, pada awalnya berupa bintik coklat kemudian semakin lebar dan muncul spora berwarna merah bata ditengah noda tersebut.
Penyakit ini disebabkan oleh Colletroticum gloesporioides, menyebabkan gejala antraknose, tip root, dan crown root.
Cara mencegah penyakit ini yaitu: dengan 2 cara, mekanis dan kimia. Menggunakan bahan kimia seperti beberapa fungisida atau dengan mekanik menpencelupkan menggunakan air panas dan menggunakan kapur sirih
Description: 20170411_132054.jpg
Apel
Malus sylvestri
Nama Penyakit: Busuk Buah

Ciri-ciri Kenmpakan Visual: bercak kecil berwarna coklat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange
Penyebab Penyakit: Gloesporium sp.
Cara pengendalian: tidak memetik buah terlalu matang, pencelupan dengan benomyl 0,5 gram/liter air untuk mencegah penyakit pada penyimpanan
Description: 20170411_132306.jpg
Jeruk
Citrus reticulate
Nama Penyakit: Busuk buah

Ciri-ciri Kenampakan Visual: pada kulit buah awalnya terlihat bercak berwarna coklat, kemudian melebar dan bercak tersebut menjadi besar
Penyebab Penyakit: Penicillum spp., Phytophtora citriphora, dan Botryodiplodia theobromae
Cara Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benomyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

Buah Naga
Hylocereus sp.




Tabel 2. Pengamatan Identifikasi Penyakit Pascapanen dan Penyebab Penyakit Pascapanen Sayur
Foto
Nama Komersil
Nama Latin
Penyakit Pascapanen
Penyebab Penyakit
Pencegahan Penyakit
Description: DSC_1303.jpg
Wortel
Daucus carota
Nama Penyakit: Busuk Lunak

Ciri-ciri Kenampakan Visual: busuk lunak yang berwarna coklat atau kehitaman dengan bentuk yang tidak beraturan
Penyebab Penyakit: Erwinia carotovora
Cara Pengendalian: mencuci tanaman dengan air yang mengandung chloryn, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang cukup, sejuk dan difumigasi sebelumnya

Sawi
Brassica juncea
Nama Penyakit: Bercak Daun Alternaria
Description: P_20170411_134628.jpg 



Ciri-ciri Kenampakan Visuai: adanya bercak kecil pada daun yang berwarna kuning kecoklatan atau berwarna gelap
Penyebab Penyakit: Alternaria brassicae, A. brassicicola
Cara Pengendalian: penggunaan fungisida untuk mencegah beberapa penyakit

Cabai
Capsicum annuum L.
Nama Penyakit: Antraknose

Ciri-ciri Kenampakan Visual:  buah yang terserang menjadi busuk dengan warna seperti terbakar oleh sinar matahari yang diikuti busuk basah yang berwarna hitam.
Penyebab Penyakit: Jamur Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloessporioides
Cara Pengendalian: mengatur jarak tanam dan menghancurkan buah yang terserang agar tidak menular ke buah yang lain.

Kentang
Solanum tuberosum L.
Nama Penyakit: Penyakit Busuk Lunak

Ciri-ciri Kenampakan Visual: warna umbi kentang berwarna cokelat karena jaringan mati
Penyebab Penyakit: Jamur Phytophthora infestans
Cara Pencegahan: mengurangi terjadinya luka pada saat penyimpanan
Description: DSC_1304.jpg
Tomat

Nama Penyakit: Busuk Lunak
Ciri-ciri Kenampakan Visual: adanya air, perubahan warna, pada bagian tepi bekas luka jika ditekan akan terasa lunak dan berair.
Penyebab Penyakit: karena benturan dan luka, kemudian buah yang sudah terkena penyakit busuk lunak akan bersentuhan dengan buah yang masih sehat untuk memindahkan infeksi.
Cara Pencegahan: menghindari buah tomat dari tempat yang lembab, menghindari hasil panen dari air hujan, memisahkan buah yang busuk dari buah yang sehat, tidak mencuci buah dengan air yang mengalir, tidak menumpuk buah terlalu banyak, mencuci buah dengan larutan chlorim

Tabel 3. Pengamatan Identifikasi Penyakit Pascapanen dan Penyebab Penyakit Pascapanen Palawija
Description: P_20170411_134539.jpgFoto
Nama Komersil
Nama Latin
Penyakit Pascapanen
Penyebab Penyakit
Pencegahan Penyakit

Kedelai
Glycine max
Nama Penyakit: penyakit busuh basah pada kedelai, pada biji kedelai ditemukan berupa gumpalan putih kebiruan yang menyelimuti seluruh permukaan biji
Panicilium sp.











Penyemprotan terhadap biji kedelai dengan bahan kimia
Serta pemanenan yang tepat dan penyimpanan
Pada kelembaban yang rendah


Jagung
Zea mays
Nama Penyakit: busuk tongkol Aspergillus
Kenampakan visual: buah berwarna kehijauan, kuning, sampai hitam
Aspergillus sp.
Penyimpanan pada suhu 250C dan kelembaban 80-85%


Singkong
Manihot utillisima
Nama Penyakit: jamur akar putih
Kenampakan visual:umbi agak busuk dan terlihat pucat bila dikupas
Fomes sp.
Menggunakan pupuk kompos fermentasi sempurna, dan mempertahankan kelembaban lingkungan budidaya

Ubi Jalar
Ipomea batatas
Nama Penyakit: busukn hitam Asper
Kenampakan visual:menghasilkan spora berwarna hitam
Aspergillus sp.
Penyimpanan suhu tinggi
B.       Pembahasan
Penyakit yang muncul pada tanaman dari saat benih di tanaman sampai panen disebut penyakit sebelum panen atau pre harvest disease, sedangkan penyakit yang muncul dari saat panen sampai hasil panen dikonsumsi disebut pascapanen atau post harvest disease. Beberapa penyakit yang muncul setelah panen, termasuk selama pengangkuta dan penyimpanan disebabkan terutama oleh bakteri, jamur, virus dan oleh penyebab non pathogen. Pathogen-patogen tersebut dapat juga berkerja sendiri atau bersama-sama, sedangka penyakit non pathogen atau fisiologi disebabkan oleh bahan-bahan itu sendiri atau disebabkan metabolism dari jaringan-jaringan bahan yang disimpan, dan juga disebabkan oleh fluktuasi dari keadaan luar.
Dalam praktikum ini praktikan menidentifikasi penyakit, penyebab penyakit dan pencegahan penyakit pascapanen beberapa jenis komoditi hortikultura yang ada di pasar. Dilihat dari tabel hasil pengamatan diatas, beberapa komoditi buah seperti papaya, pisang, apel, jeruk dan buah naga memiliki nama penyakit yang sama yaitu busuk buah atau antraknose. Ciri kenampakan visualnya juga sama yaitu awalnya terdapat noda atau bercak yang terdapat pada permukaan buah dan terjadi karena luka secara fisik seperti luka akibat benturan. Penyabab dari penyakit antraknose atau busuk buah ini dari kelima contoh buah tarsebut berbeda-beda dan ada yang sama, seperti penyebab penyakit busuk buah pada buah papaya dan pisang sama yaitu jamur Colletroticum gloesporioides.
Peyebab penyakit pada buah apel dan jeruk berbeda yaitu Gloesporium sp. pada buah apel dan Penicillum spp., Phytophtora citriphora, dan Botryodiplodia theobromae. Untuk pencegahan penyakit yang bisa disarankan ke pedagang yaitu pencelupan buah setelah di panen kedalam air yang mengandung bahan kimia benomyl, pencelupan buah kedalam air panas, pemanenan buah tidak terlalu matang, dan pada buah pisang mencelupkan ke dalam air yng sudah dicampur kapur sirih.
Pada komoditi sayur yaitu kentang, sawi, wortel, cabai, dan tomat mempunyai penyakit yang berbeda-beda namun ada juga yang  sama. Seperti pada kentang, wortel, dan tomat memiliki penyakit yang sama yaitu busuk lunak. Hanya saja penyebab penyakit yang berbeda.
Penyebab penyakit pada kentang yaitu jamur Phytophthora infestans, pada wortel yaitu bakteri Erwinia carotovora, dan pada tomat disebabkan oleh karena benturan dan luka. Kemudian buah yang sudah terkena penyakit busuk lunak akan bersentuhan dengan buah yang masih sehat untuk memindahkan infeksi.
Penyakit yang menyerang pada sawi adalah bercak daun Alternaria yang disebabkan oleh   Alternaria brassicae, A. brassicicola, sedangkan penyakit yang menyerang cabai adalah antraknose yang disebabkan oleh jamur Colletroticum gloesporioides. Cara untuk mencegah terjadinya terserjadinya serangan penyakit yaitu memisahkan atau menghancurkan sayuran yang sudah terserang penyakit agar tidak menular ke sayuran yang masih baik (belum terkontaminasi penyakit), mencuci tanaman dengan air yang mengandung chloryn, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi yang cukup, sejuk dan difumigasi sebelumnya.
Dari hasil survey yang kami lakukan ke pedagang-pedagang yang ada di pasar, mereka mengatakan bahwa mereka mengalami kerugian yang diakibatkan dari penyakit pasca panen yang menyerang komoditi holtikultura. Kerugian yang diakibatkan tidak hanya dari segi uang, tetapi dari segi komoditi itu sendiri. Selain factor penyakit, yang membuat pedagang rugi yaitu karena kurang laku atu kurang diminati. Ini yang menyebabkan barang dagangan mereka yang tadinya komoditinya  tidak terlalu terserng penyakit, tapi karena penyimpanannya yang lama dan cara penyimpanan yang kurang tepat itu yang menyebabkan dagangan komoditi mereka cepat terserang penyakit.
Manfaat dari melakukan identifikasi penyakit pasca panen pada komoditi hortikultura ini adalah bisa diketahuinya penyebab penyakit dari komoditi hortikultura yang diperdagangkannya serta dapat mengetahui cara pencegahan serta penanggulangan penyakit itu sendiri dari pedagang, sehingga penurunan hasil jual beli dapat diminimalisir dan minat para pembeli untuk membeli barang dagangannya tetap normal, atau bahkan meningkat, dikarenakan barangnya tetap pada kondisi normal, walaupun sudah lama dipanen.




BAB IV KESIMPULAN
            Berdasarkan dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
  1. Ada berbagai banyak macam penyakit yang menyerang komoditi buah, sayur, dan palawija
  2. Penyebab-penyebab penyakit yang menyerang komoditi hortikiultura yaitu dari pathogen seperti jamur dan bakteri, dan non pathogen seperti factor linggkungan
  3. Dampak yang dialami para pedagang yang diakibatkan serangan penyakit yaitu tidak hanya dari segi uang tetapi dari segi komoditi itu sendiri